Potensi Wisata
DIY  memiliki berbagai macam potensi wisata yang telah dikembangkan, terbagi  atas wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata belanja maupun  wisata kuliner. Berikut disajikan beberapa tujuan wisata di DIY.
1. Gunung Merapi
Gunung Merapi yang merupakan salah satu tujuan  wisata di Kabupaten Sleman terletak 25 km sebelah utara Kota Yogyakarta  memiliki ketinggian 2.968 m di atas permukaan laut. Gunung Merapi  pertama kali terbentuk sekitar 60.000-80.000 tahun yang lalu. Namun  sejarah aktivitasnya mulai diamati dan didokumentasi sejak tahun 1791. 
Kawah  Gunung Merapi berbentuk dataran tinggi yang berpasir dengan luas kurang  lebih 4 hektar dengan beberapa kawah-kawah lebih kecil yang masih  aktif. Puncak gunung berapi dapat diamati dari lereng sebelah barat  yaitu desa Turi, sekitar 15 km dari Yogyakarta. Untuk mendapatkan  pandangan yang lebih jelas, wisatawan dapat mengunjungi tempat  pengamatan di Plawangan. Pendakian hingga puncak gunung Merapi dapat  ditempuh dalam 7 hingga 8 jam. Jalur terpendek menuju puncak adalah  melalui desa Selo, desa antara Merapi dan Merbabu, yang hanya  membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak Merapi.
 
2. Kraton Yogyakarta
Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu  dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai  hal yang keramat. Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat sekarang merupakan  tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono X dan keluarganya. Kraton  Yogyakarta didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar  Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Lokasi tersebut berada di  pusat Kota Yogyakarta dan di antara sungai Winongo dan sungai Code.  Dahulu tempat ini ini merupakan sebuah rawa dengan nama Umbul Pacetokan,  yang kemudian dibangun oleh Pangeran Mangkubumi menjadi sebuah  pesanggrahan dengan nama Ayodya. 
Bangunan ini menghadap ke arah  utara dengan halaman depan berupa alun-alun (lapangan) yang dimasa lalu  dipergunakan sbg tempat mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi para  prajurit, dan tempat penyelenggaraan upacara adat.
3. Parangtritis

Parangtritis, selain dikenal keindahan alam  pantainya, juga terkenal sebagai tempat yang memikili berbagai  peninggalan sejarah. Komplek Parangtritis terdiri dari Pantai  Parangtritis, Parangkusumo, dan Dataran Tinggi Gembirowati. Terletak  sekitar 27 Km dari kota Yogyakarta, Pantai Parangtritis adalah pantai  yang landai, dengan bukit berbatu, pesisir dan berpasir putih. Selain  terkenal sebagai tempat rekreasi, parangtritis juga merupakan tempat  keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini  merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Kraton  Yogyakarta. Di Parangkusumo terdapat  kolam permandian air panas (  belerang )  yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam.  Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII.  Adanya komplek kerajinan kerang,  tempat pelelangan ikan (TPI) hingga  hotel  bertaraf Internasional (Queen of South), serta dokar wisata di  Parangtritis ikut menyemarakkan  pariwisata di wilayah ini. 
4. Malioboro

Malioboro merupakan salah satu ‘trade mark’ Kota  Yogyakarta. Hal ini selain Malioboro terletak di pusat kota, juga  disebabkan keramaian dan semaraknya pedagang kaki lima yang berjajar  sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, dari pagi hingga malam  hari. Hampir semua barang yang ditawarkan adalah barang/benda khas  Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Ujung jalan  Malioboro yang satu terhubung dengan jalan Mangkubumi dan dibatasi oleh  stasiun kereta api Tugu dan ujung satunya lagi terhubung dengan jalan  A.Yani. Dalam areal kawasan Malioboro dan sekitarnya banyak lokasi lain  yang dapat dikunjungi misalnya Siti Inggil Keraton Jogjakarta, pasar  Beringhardjo, benteng Vredeburg, Gedong Senisono, Museum Sono Budoyo dan  lainnya. Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja  andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan,  pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Pada  malam hari para wisatawan dapat menikmati hidangan-hidangan di warung  lesehan di sepanjang jalan Malioboro, makanan yang disediakan dan  ditawarkan dari jenis makanan khas Jogja yaitu nasi gudeg dan ayam  goreng dan juga makanan Padang, ChinesseFood dan lain sebagainya. Saat  menikmati hidangan yang disajikan akan dihibur oleh musik dari pedagang  dan pengamen jalanan yang cukup banyak dari yang hanya sekedar bawa  gitar adapula yang membawa peralatan musik lengkap. 
5. Agrowisata
Kini wisatawan Yogyakarta dapat merasakan secara  langsung memetik Salak Pondoh yang merupakan buah khas Yogyakarta di  Agrowisata Salak Pondoh. Lokasi agrowisata ini tepatnya berada di  wilayah desa Bangunkerto, Kec. Turi, Kab. Sleman, kurang lebih 25 km di  utara Yogyakarta. Di lokasi ini diberikan fasilitas gardu pandang, kolam  pemancingan, becak air, arena bermain anak-anak, tempat pertemuan,  jalan setapak dan kios penjualan salak pondoh. Agrowisata ini memiliki  luas zona inti 27 ha dari keseluruhan areal perkebunan salak seluas 633  ha.
6. Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan salah satu dari sekian  banyak candi yang berada di DIY, dan merupakan candi kedua terbesar  setelah candi Borobudur. Kompleks candi Prambanan dibangun oleh  raja-raja wamca (dinasti) Sanjaya pada abad ke-9. Bilik Utama dari candi  induk di komplek candi Prambanan ditempati Dewa Shiwa sebagai Mahadewa  sehingga dapat disimpulkan bahwa candi Prambanan merupakan candi Shiwa.  Agama Hindu mengenal Tri-Murti, yang terdiri dari Dewa Brahmana sebagai  sang Pencipta, Dewa Wisnhu sebagai Sang Pemelihara dan Dewa Shiwa  sebagai Sang Perusak. Candi Prambanan atau candi Shiwa sering disebut  sebagai candi Roro Jonggrang, berkait dengan legenda yang menceritakan  tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri  Prabu (Raja, yang dalam bahasa Jawa sering di sebut Ratu) Boko, yang  membangun kerajaannya di atas bukit di sebelah selatan komplek candi  Prambanan. Bagian tepi dari candi dibatasi dengan pagar lankan, yang  dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita  berperadaksima (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di  sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita ini berlanjut pada pagar  langkan di sebelah kiri (selatan) candi induk. Sedang pada pagar candi  Whisnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk,  terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa  kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan (titisan) Dewa Whisnu dalam  membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia. Gempa tektonik yang  terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 juga mengakibatkan kerusakan pada  situs candi ini. Hingga saat ini pemerintah daerah masih melakukan  pemugaran candi dengan melibatkan arkeolog. 
7. Monumen Yogya Kembali
Monumen Yogya Kembali yang terletak di jalan lingkar  utara dibangun untuk mengenang berfungsinya kembali Yogyakarta sebagai  Ibukota Republik Indonesia, 6 Juli 1949. Bangunan setinggi 31 meter ini  melambangkan pegunungan surgawi yang terletak di garis lurus khayal  antara keraton di sebelah selatan dan Gunung Merapi di sebelah utara.  Monumen ini berlantai tiga, lantai pertama terdiri atas sebuah museum,  sebuah perpustakaan, sebuah auditorium, dan kafetaria. Lantai dua  terdiri atas 10 diorama yang menggambarkan perjuangan rakyat Yogyakarta  untuk merebut kembali ibukotanya dari penjajah Belanda yang menguasai  Yogyakarta sejak Desember 1948 hingga Juli 1949. Di bagian atas gedung,  tergambar 40 relief yang menceritakan sejarah perjuangan Bangsa  Indonesia untuk meraih kemerdekaannya mulai dari peristiwa proklamasi 17  Agustus 1945 hingga pengakuan Internasional atas status Indonesia pada  27 Desember 1949. 
                  
Tidak ada komentar:
Posting Komentar