Rabu, 30 Maret 2011

Profil Provinsi DI Yogyakarta

Potensi Wisata

DIY memiliki berbagai macam potensi wisata yang telah dikembangkan, terbagi atas wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata belanja maupun wisata kuliner. Berikut disajikan beberapa tujuan wisata di DIY.

1. Gunung Merapi
Gunung Merapi yang merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sleman terletak 25 km sebelah utara Kota Yogyakarta memiliki ketinggian 2.968 m di atas permukaan laut. Gunung Merapi pertama kali terbentuk sekitar 60.000-80.000 tahun yang lalu. Namun sejarah aktivitasnya mulai diamati dan didokumentasi sejak tahun 1791.
Kawah Gunung Merapi berbentuk dataran tinggi yang berpasir dengan luas kurang lebih 4 hektar dengan beberapa kawah-kawah lebih kecil yang masih aktif. Puncak gunung berapi dapat diamati dari lereng sebelah barat yaitu desa Turi, sekitar 15 km dari Yogyakarta. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas, wisatawan dapat mengunjungi tempat pengamatan di Plawangan. Pendakian hingga puncak gunung Merapi dapat ditempuh dalam 7 hingga 8 jam. Jalur terpendek menuju puncak adalah melalui desa Selo, desa antara Merapi dan Merbabu, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak Merapi.

2. Kraton Yogyakarta
Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat sekarang merupakan tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono X dan keluarganya. Kraton Yogyakarta didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Lokasi tersebut berada di pusat Kota Yogyakarta dan di antara sungai Winongo dan sungai Code. Dahulu tempat ini ini merupakan sebuah rawa dengan nama Umbul Pacetokan, yang kemudian dibangun oleh Pangeran Mangkubumi menjadi sebuah pesanggrahan dengan nama Ayodya.
Bangunan ini menghadap ke arah utara dengan halaman depan berupa alun-alun (lapangan) yang dimasa lalu dipergunakan sbg tempat mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi para prajurit, dan tempat penyelenggaraan upacara adat.

3. Parangtritis
Parangtritis, selain dikenal keindahan alam pantainya, juga terkenal sebagai tempat yang memikili berbagai peninggalan sejarah. Komplek Parangtritis terdiri dari Pantai Parangtritis, Parangkusumo, dan Dataran Tinggi Gembirowati. Terletak sekitar 27 Km dari kota Yogyakarta, Pantai Parangtritis adalah pantai yang landai, dengan bukit berbatu, pesisir dan berpasir putih. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Kraton Yogyakarta. Di Parangkusumo terdapat  kolam permandian air panas ( belerang )  yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang,  tempat pelelangan ikan (TPI) hingga hotel  bertaraf Internasional (Queen of South), serta dokar wisata di Parangtritis ikut menyemarakkan  pariwisata di wilayah ini.

4. Malioboro
Malioboro merupakan salah satu ‘trade mark’ Kota Yogyakarta. Hal ini selain Malioboro terletak di pusat kota, juga disebabkan keramaian dan semaraknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, dari pagi hingga malam hari. Hampir semua barang yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Ujung jalan Malioboro yang satu terhubung dengan jalan Mangkubumi dan dibatasi oleh stasiun kereta api Tugu dan ujung satunya lagi terhubung dengan jalan A.Yani. Dalam areal kawasan Malioboro dan sekitarnya banyak lokasi lain yang dapat dikunjungi misalnya Siti Inggil Keraton Jogjakarta, pasar Beringhardjo, benteng Vredeburg, Gedong Senisono, Museum Sono Budoyo dan lainnya. Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Pada malam hari para wisatawan dapat menikmati hidangan-hidangan di warung lesehan di sepanjang jalan Malioboro, makanan yang disediakan dan ditawarkan dari jenis makanan khas Jogja yaitu nasi gudeg dan ayam goreng dan juga makanan Padang, ChinesseFood dan lain sebagainya. Saat menikmati hidangan yang disajikan akan dihibur oleh musik dari pedagang dan pengamen jalanan yang cukup banyak dari yang hanya sekedar bawa gitar adapula yang membawa peralatan musik lengkap.

5. Agrowisata
Kini wisatawan Yogyakarta dapat merasakan secara langsung memetik Salak Pondoh yang merupakan buah khas Yogyakarta di Agrowisata Salak Pondoh. Lokasi agrowisata ini tepatnya berada di wilayah desa Bangunkerto, Kec. Turi, Kab. Sleman, kurang lebih 25 km di utara Yogyakarta. Di lokasi ini diberikan fasilitas gardu pandang, kolam pemancingan, becak air, arena bermain anak-anak, tempat pertemuan, jalan setapak dan kios penjualan salak pondoh. Agrowisata ini memiliki luas zona inti 27 ha dari keseluruhan areal perkebunan salak seluas 633 ha.

6. Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan salah satu dari sekian banyak candi yang berada di DIY, dan merupakan candi kedua terbesar setelah candi Borobudur. Kompleks candi Prambanan dibangun oleh raja-raja wamca (dinasti) Sanjaya pada abad ke-9. Bilik Utama dari candi induk di komplek candi Prambanan ditempati Dewa Shiwa sebagai Mahadewa sehingga dapat disimpulkan bahwa candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Agama Hindu mengenal Tri-Murti, yang terdiri dari Dewa Brahmana sebagai sang Pencipta, Dewa Wisnhu sebagai Sang Pemelihara dan Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Candi Prambanan atau candi Shiwa sering disebut sebagai candi Roro Jonggrang, berkait dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu (Raja, yang dalam bahasa Jawa sering di sebut Ratu) Boko, yang membangun kerajaannya di atas bukit di sebelah selatan komplek candi Prambanan. Bagian tepi dari candi dibatasi dengan pagar lankan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksima (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita ini berlanjut pada pagar langkan di sebelah kiri (selatan) candi induk. Sedang pada pagar candi Whisnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan (titisan) Dewa Whisnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia. Gempa tektonik yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 juga mengakibatkan kerusakan pada situs candi ini. Hingga saat ini pemerintah daerah masih melakukan pemugaran candi dengan melibatkan arkeolog.

7. Monumen Yogya Kembali
Monumen Yogya Kembali yang terletak di jalan lingkar utara dibangun untuk mengenang berfungsinya kembali Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia, 6 Juli 1949. Bangunan setinggi 31 meter ini melambangkan pegunungan surgawi yang terletak di garis lurus khayal antara keraton di sebelah selatan dan Gunung Merapi di sebelah utara. Monumen ini berlantai tiga, lantai pertama terdiri atas sebuah museum, sebuah perpustakaan, sebuah auditorium, dan kafetaria. Lantai dua terdiri atas 10 diorama yang menggambarkan perjuangan rakyat Yogyakarta untuk merebut kembali ibukotanya dari penjajah Belanda yang menguasai Yogyakarta sejak Desember 1948 hingga Juli 1949. Di bagian atas gedung, tergambar 40 relief yang menceritakan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaannya mulai dari peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 hingga pengakuan Internasional atas status Indonesia pada 27 Desember 1949.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar